Mulanya aku hanya iseng melihat-lihat foto di laptop-ku sampai kemudian… foto-foto Chibby sedang tidur beraneka pose bermunculan. Tak kuat melihatnya kutinggalkan laptopku begitu saja. Airmataku kembali bercucuran seperti air bendungan yang jebol tanggulnya. Ini adalah hari keempat belas kepergian Chibby, artinya sudah dua minggu berlalu aku menjalani hidup tanpa Chibby di sisiku. Hipotesa teman-temanku mengenai kepergian Chibby adalah, Chibby sedang puber sehingga kawin lari bersama kucing garong pujaannya. Sementara hipotesaku, kepribadian Chibby berubah semenjak bergaul dengan para kucing garong yang rajin mengapelinya sekaligus mencuri makanannya itu.
“Janganlah engkau menanyakan seseorang kepada orangnya, tetapi tanyakanlah kepada temannya. Karena setiap orang akan mengikuti temannya”
Itulah yang kuduga mengenai kondisi Chibby. Chibby yang kukenal adalah kucing manis yang tak neko-neko. Kerjanya kalau tidak tidur, makan, dan sesekali berlari-lari mengejar sobekan kertas yang kuremes-remes menjadi bentuk bola. Ia tak pernah berani keluar. Tapi semenjak ia bergaul dengan kucing-kucing garong yang seenaknya menyelinap masuk ke kosanku itu, Chibby agak lebih tempramen. Pergaulan membawa pengaruh buruk baginya…
*
Dua bulan sebelum kepergian Chibby
Chibby muntah beberapa kali malam ini. Aku hanya bisa menatapnya iba lalu membersihkan muntahnya. Ini sudah malam sekali. Petshop telah tutup, dokter hewanpun sudah tidak praktek lagi. Besok aku berencana membawanya ke dokter.
Pagi ini, sebelum ke dokter, dengan kesok-tahuan ku, kuberi ia obat cacing. Aku semakin panik karena setelah itu lidahnya menjulur-julur. Sesampai di petshop langgananku, oleh sang dokter, Chibby langsung disuntik demam. Ada yang salahkah dengan obat cacing itu? Aku khawatir sekali.
Hari ini benar-benar untuk Chibby dan aku. Chibby terlihat agak lesu. Kubawa ia pulang. Hidungnya pucat tak pink seperti biasanya. Hidungnya kering, indikasi bahwa ia memang sakit. Sampai di kosan kupeluk ia. Kuajak ia bercengkerama. Aku memangbukan nabi Sulaiman. Tapi aku tau Chibby mengerti apa yang kukatakan. Kukatakan ia akan sembuh dan aku akan kembali mengajaknya bermain-main dan berlari-lari. Tubuhnya hangat…. Atau hanya perasaanku? Ia tertidur pulas dengan dengkurannya yang halus dalam dekapanku. Cepat sembuh,Chibby…
Malam ini Chibby tidur di kamarku. Aku tidur di ranjang dan Chibby dengan pose melingkarnya tidur di lantai. Dini hari aku terbangun, Chibby tertidur lelap tepat di sampingku. Kapan ia pindah ya…? Chibby… Chibby…kuelus bulunya yang halus dengan sayang.
Tiga minggu sebelum kepergian Chibby
Dua hari aku meninggalkan Chibby karena ada pekerjaan di luar kota membuatku rindu sekali. Baru saja kunaiki tangga, kulihat Chibby berlari kencang dari balkon menuju ke arahku. Aku selalu tertawa melihat cara berlarinya.
“Kenapa, bola bulu-bulu? Rindu ya?” tanyaku sumringah. Memang sudah beberapa minggu ini nama bola bulu-bulu menjadi panggilan lain untuk Chibby. Sebutan itu datang karena setiap ia tidur melingkar ia terlihat seperti bola berbulu. Aku pun sering mengayun-ayunkannya dengan posisi kedua tanganku membentuknya menjadi bola hehe.
Aku meletakkan tasku. Kegendong ia dan langsung kuajak ia bermain. Kubaringkan ia di pangkuanku dan kugelitiki perutnya. Inilah salah satu yang ia sukai. Kadang ia menggeliat manja, kadang pula ia bercanda dengan menangkap dan menggigit tanganku. Kalau ekornya sudah dikibas-kibaskan itulah waktunya bermain. Seperti biasa, kusobek selembar kertas dan kujadikan bola untuknya. Kami pun hanyut dalam permainan yang menyenangkan dan berlarian kesana kemari.
Karena telah beberapa hari Chibby belum mandi, jadi malam ini ia tak boleh tidur di kamarku. Aku mangunci pintuku rapat setelah sebelumnya Chibby berusaha untuk masuk ke kamarku
“Maaf ya Chibby…. Aku capek mau tidur. Besok pagi kita main lagi, ya…”
Entah jam berapa aku terbangun. Aku membuka kamarku dan menuju kamar mandi. Tiba-tiba… “Meong..” terdengar jeritan kecil… “Chibby!” Aku terkejut. Segera kugendong ia. Aku baru saja menginjak ekornya! Ternyata ia tidur tepat di depan pintu kamarku. Sungguh aku menyesal sekali tidak melihatnya. Maaf ya,Chibby…
Seminggu sebelum kepergian Chibby
Minggu ini adalah musim UAS. Kosan mendadak sunyi senyap. Semua sibuk di kamarnya. Aku yang selalu menganggap di kamarku penuh dengan virus-virus pembuat ngantuk pun memilih ruang tv menjadi tempat belajarku. Tentu saja aku sang kinestetik harus belajar sambil berjalan mondar-mandir dengan buku di tangan.Ya.. alasan lain supaya aku yang pelor ( nempel langsung molor) ini tidak ketiduran lagi seperti yang kemarin-kemarin. Maka mulailah putaran pertama. Mulutku sibuk komat-kamit menghafalkan nama-nama penyair Belanda yang susahnya minta ampun. Eeeh.. si Chibby ngekor aja. Sampai nyaris duapuluh putaran si Chibby nggak ada cape-capenya berjalan dempet-dempetan denganku. Tapi kali ini dia cape. Dia udah dengan posisi manisnya mengintaiku dengan matanya. “Mau main ya, By? Bentar ya.. mau belajar dulu” ucapku menatap matanya yang bulat tanpa dosa. Kucubit pipinya lalu kulanjutkan lagi untuk belajar. Tiga jam lagi aku ujian dan dari setengahnya saja aku belum hafal?? Ya Allah… bantulah hamba-Mu ini… dasar memang deadliners. Otakku ini sepertinya sudah di set untuk hanya bisa menghafal cepat dalam kondisi tertekan seperti ini. Mata Chibby berputar-putar mengikuti langkahku. Tampaknya ia sabar sekali menungguku.
Dua setengah jam berlalu. Aku sudah selesai belajar. Segera mandiiii…!!! Bersiap-siap ke kampus. Aku lupa janjiku pada Chibby. Ia mengejarku sampai pintu kamar mandi,”By… ntar ya… pulang kuliah ya.. buru-buru nih!!! Udah sanaaaa… jangan masuk, ntar basah” usirku. Ia hanya memandangiku, “Ngeong….” Ucapnya lirih.
“By, pergi dulu yaaa… !!! habis ini kita main ya… dadadada..!!!!” ucapku berlari meninggalkannya tanpa mendekapnya terlebih dahulu. Ia berjalan pelan ingin menujuku, tapi aku keburu meleset memburu waktu menuju kampusku.
Pulang kuliah, dari luar pagar bukannya mengucapkan salam aku langsung berteriak memanggil namanya. Aku lupa pagi ini aku juga belum memberinya makan.
“By….!!!!!” Kupanggil ia. Tapi sepertinya tak ada tanda-tanda kehidupan. Kosan sepi karena anak-anak pada kuliah. Aku mencari Chibby di tempat nongkrongnya.Langsung saja aku menuju ke balkon. Chibby suka memperhatikan anak-anak bermain dan beberapa kendaraan yang lewat dari situ. Kulihat di balkon, tak ada. Aku pun menuju tempat istirahat kesukaannya, di bawah meja makan yang adem. Ternyata juga tidak ada. Di belakang kulkas yang hangat, tak ada!
“By…!!!!” sepertinya aku mulai panik. Kucari di setiap sudut kosanku. Hmm.. sepertinya aku teringat tempat favorit barunya, di bawah sofa samping telepon di lantai bawah! Aku berlari menuruni tangga dengan tergesa.
“Debuuuuuu By…!!!” kuintip bawah sofa itu. Gelap. Tak ada apa-apa. Kucari dimana-mana. Tak ada. Begitu kulihat Pak Aceng, segera saja kutanya,
“Pak aceng, liat Chibby ga?” tanyaku tak sabar
“Tadi pagi ada kok…tapi sekarang nggak liat lagi…” aku semakin putus asa.
Aku terus mencari Chibby sampai di tempat-tempat yang tidak pernah ia datangi. Dapur, kamar mandi bawah, tempat jemuran. Semua nihil…
Aku terduduk lesu. Aku tak boleh patah semangat!Aku mulai keluar menyusuri jalan. Mataku ke-stel bulat,sebulat-bulatnya agar bisa melihat Chibby.
“Mbak Oki, Chibby nya mana?” tanya Mahdi si bocah PAUD begitu melihatku yang celingak celinguk mencari sesuatu.
“Chibby hilang.. Mahdi dan Alfi lihat Chibby?” tanyaku pada dua sahabat itu. Mereka geleng-geleng kepala.
“Ya udah.. nanti kalau main lagi, bilangin sama temen-temennya ya, kalau lihat Chibby suruh balikin ke mbak Oki ya…” ucapku menjawil pipi Mahdi.
“Ok deeeeeh… yuk Mahdi, kita bilangin yang lain”
“Yuk” mereka berdua pun bergandengan tangan menuju ke ujung komplek untuk bertemu dengan teman-temannya. Chibby bukan hanya sahabatku. Tapi juga sahabat banyak anak-anak. Setiap sore, biasanya anak-anak main ke kosanku hanya untuk bertemu Chibby. Terlebih soulmate ini. Merekalah yang paling sering bermain dengan Chibby. Mereka suka menggendong Chibby, meski terkadang tangan mereka terlampau kecil untuk menggendong tubuh Chibby yang gendut.
Pencarianku hari itu usai. Kuputuskan untuk besok lagi mencari Chibby. Mahdi and the genk tidak membawa hasil. Bahkan sering sekali mereka memberi informasi yang salah.
“Mbak Oki, tadi ada Chibby di rumahnya Fikri..” setelah kudatangi ternyata bukan bangeeeet!!! Warnanya aja jelas-jelas beda. Chibby kan item putih, kalau yang ini kuning item putih.
“Mbak Oki ada Chibby di ujung jalan sana, Ayooooo..!!!!” jauh kuberjalan beramai-ramai bersama anak-anak ini, ternyata kucing berwarna abu-abu. Hadooooh… nih anak-anak gimana sih kasih informasi ga akurat begini???
Malam itu aku tidur dengan gelisah. Chibby.. medan yang kau lalui adalah medan yang berat… kenapa kau memilih kabur dari tempatmu yang nyaman ini, Chibby….
Keesokan harinya, pulang kuliah kembali aku mencari Chibby. Seorang tetangga mengatakan bahwa tadi siang ia melihat ada kucing hitam putih yang bulunya bagus terjatuh di got. Setelah diselamatkan ternyata kucing itu mondar mandir di depan kosanku. Airmataku sudah menggenang di pelupuk mata. “Kalau lihat lagi, tolong kasih ke saya ya, Pak” ucapku memohon dengan nada tersekat. Baru kali ini kulihat seseorang tak tertawa melihat kondisiku. Sebaliknya, bapak baik hati itu terlihat prihatin.
Kembali kususuri jalan. Celingak-celinguk mencari Chibby. Dari kejauhan bila ada yang mirip sedikit langsung kukejar… ternyata bukan. Anak-anak kecil berseliweran dengan sepedanya. “Kalau ketemu Chibby kasih mbak Oki yaaaa….!!!” Teriakku. Entah untuk yang keberapa kalinya.
Hari selanjutnya selebaran kehilangan Chibby sudah tertempel di mana-mana.
“Bu, permisi, numpang tempel iklan ya…iklan kehilangan kucing…”
“Pak, permisi tempel ini ya… kalau lihat tolong kasih tau saya ya,Pak..”
Sampai tempat terakhir…
“Bu, maaf, saya tempel iklan di sini ya…” ucapku pada seorang ibu tua pemilik warung. “Saya numpang duduk sebentar ya Bu” Aku lelah. Mataku mulai lagi berkaca-kaca. Setelah membaca iklanku, ibu tua tersebut duduk di sebelahku. Airmataku sudah banjir. Aku tertawa malu sambil terus mengusap airmata yang tak mau berenti.
“Sayang banget ya , Neng? Ibu doain semoga cepat ketemu ya…”
“Iya.. dia sahabat saya, Bu… amin.. makasih ya Bu… tolong ya, Bu kalau ketemu…”
*
Lelah aku menangis aku beranjak keluar mengambil minuman. Bedak, perfume, vitamin Chibby tergeletak di atas meja. Cepat-cepat kumasukkan barang-barang Chibby ke kantong plastic dan kuletakkan di keranjang. Aku tak ingin melihatnya.Tempat-tempat nongkrong favoritnya terus menghadirkan bayangnya. Sengaja aku tak mau memandang tempat-tempat itu lama-lama. Setelah meminum segelas air putih kembali aku menuju kamar. Wallpaper handphone dan profile picture facebook yang semula bergambar Chibby segera kuganti. Aku langsung mematikan laptopku. Sepertinya waktu dua minggu ini sudah cukup untukku bersedih- sedih….aku harus mengikhlaskannya.
Tiba-tiba aku bergidik mengingat cerita temanku yang begitu stress, merasa bersalah karena dengan keteledorannya, kucing kesayangannya mati mengambang di ember kamar mandi ketika sedang asyik bermain. Semoga Chibby tidak mengalami hal itu… semoga ia sudah benar-benar diambil orang dan ada yang merawat dan menyayanginya. Maafkan aku ya,Chibby… di hari terakhir pertemuan kita, aku cuek sekali padamu dan tak sempat mengajakmu bermain…
Chibby benar-benar pergi untuk kali ini…ia tak kembali untukku.
Maafkan aku yang pernah menginjak ekormu, maafkan aku lalai hingga kucing-kucing garong itu mencuri makananmu…, maafkan aku yang tak segera mengobatimu saat kau muntah karena aku tak tau apa yang harus kelakukan, maafkan aku yang sering meninggalkanmu…
Walaupun nantinya akan ada kucing lain yang mengisi hari-hariku,
Kau tak akan pernah terganti, bola bulu-buluku….
Sahabatku, pendengar setiaku…,
Dimana pun kau berada, pssst… jangan ceritakan semua rahasiaku pada siapapun ya…!
Aku mengikhlaskanmu, Chibby…Semoga kau selalu bahagia dimana pun kau berada…amin..
Depok, 11 Januari 2010
(miss you badly tonite,…chibby..)